Hindari Pertanyaan Berikut agar Tidak Menimbulkan Jawaban Klise dari Calon Karyawan!
Mewawancari kandidat calon karyawan bisa dibilang adalah salah satu hal yang cukup sulit. Pasalnya, Anda harus benar-benar yakin dengan pertanyaan yang hendak dilontarkan agar si kandidat calon karyawan mampu menjawab dan yang tak kalah penting mampu menunjukkan potensi dirinya semaksimal mungkin. Untuk itulah, selama proses mewawancara guna menyaring kandidat calon karyawan Anda wajib menghindari pertanyaan yang dapat menimbulkan jawaban klise. Lantas apa saja pertanyaan apa saja yang perlu dihindari tersebut? Berikut rangkumannya untuk Anda.
“Apa yang menjadi kelemahan Anda?”.
Disadari atau tidak, pertanyaan ini hampir selalu menjadi ‘senjata pamungkas’ interviewer saat menghadapi kandidat calon karyawan. Saking sering dan ‘wajib’ pertanyaan ini di setiap interview, mungkin Anda akan kerap mendengar jawaban klise dan cenderung normatif dari si kandidat calon karyawan.
Alih-alih hanya menanyakan kelemahan, cobalah untuk lebih menspesifikkan pertanyaan ini. Misal, Anda bisa tambahkan keterangan atau contoh kasus yang sesuai dengan posisi yang hendak dilamar si kandidat calon karyawan seperti “Apakah kelemahan terbesarmu saat menghadapi calon konsumen untuk pertama kalinya?” atau “Apakah yang menjadi kelemahan terbesarmu saat bekerja dengan rekan kerja yang berbeda budaya denganmu?”
Niscaya, jawaban yang akan Anda dengar dari si kandidat calon karyawan akan lebih spesifik dan tentunya potensi diri mereka akan lebih terekspos. Sehingga, tentunya hal ini dapat memudahkan proses asesmen diri yang Anda lakukan pada kandidat calon karyawan.
“Apa yang Anda ketahui tentang perusahaan kami?”
Pertanyaan satu ini juga mungkin sering Anda ajukan kepada kandidat calon karyawan pada saat proses interview. Meski tak salah, mengajukan model pertanyaan seperti ini kepada kandidat calon karyawan hanyalah tindakan yang sia-sia.
Mengapa bisa demikian? Hal ini tak terlepas dari kebiasaan jawaban yang normatif karena buah usaha mereka mempelajari singkat profil perusahaan lewat situs sehari atau beberapa hari sebelum proses wawancara. Alih-alih mendapat jawaban memuaskan, percayalah tiap kali Anda mengajukan pertanyaan ini maka Anda akan serasa sedang membaca kembali laman profil perusahaan Anda.
Untuk itulah, ajukan pertanyaan yang lebih spesifik ketimbang pertanyaan di atas. Misalnya, Anda bisa mulai dari membandingkan perusahaan Anda dengan perusahaan kompetitor setingkat dan biarkan si kandidat calon karyawan mengutarakan opininya.
“Menurut Anda, apakah kelebihan yang Anda miliki saat ini?”
Tak salah memang mengajukan pertanyaan ini kepada kandidat calon karyawan. Namun ketahuilah, mengajukan model pertanyaan seperti ini akan sangat berpotensi membuat Anda menerima jawaban normatif seperti “saya orang yang bekerja keras” atau “saya orang yang cakap dalam memecahkan masalah” serta sederet jawaban normatif lainnya.
Untuk itu, cobalah modifikasi pertanyaan ini dengan langsung memberikan studi kasus yang tentunya sesuai dengan kondisi kerja kandidat nantinya. Misalnya, jika kandidat yang sedang Anda wawancarai adalah seorang untuk mengisi posisi marketing coba ajukan studi kasus yang berhubungan dengan klien, target kerja dan keadaan di mana target kerja tak bisa dicapai.
Alih-alih mendapat jawaban normatif, dengan mengajukan studi kasus Anda akan mengetahui bagaimana kemampuan si kandidat calon karyawan sesungguhnya. Anda juga akan lebih mengenal bagaimana cara kerja serta tentunya bagaimana ia nantinya mengeksekusi tugas dari perusahaan.
Itulah beberapa daftar pertanyaan yang kerap menimbulkan jawaban klise saat proses wawancara. Semoga hal ini dapat menjadi pandu bagi Anda yang dalam waktu dekat atau ke depannya akan melakukan proses wawancara bersama dengan kandidat calon karyawan.