Apa itu cognitive bias? Anda mungkin pernah mendengar istilah ini, tapi apakah Anda benar-benar memahami bagaimana pengaruhnya terhadap cara kita berpikir dan mengambil keputusan?

Cognitive bias adalah kecenderungan mental yang sering membuat kita salah menilai situasi, menginterpretasikan informasi secara keliru, atau membuat keputusan yang tidak rasional. Ini adalah bagian alami dari cara otak kita bekerja, tapi sayangnya, bias ini sering mempengaruhi kita tanpa kita sadari.

Bayangkan Anda sedang memilih produk di e-commerce. Anda lebih cenderung memilih produk dengan ulasan terbanyak meskipun belum tentu yang terbaik, bukan?

Nah, itu adalah salah satu contoh bagaimana cognitive bias bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita pelajari lebih dalam mengenai apa itu cognitive bias dan bagaimana Anda dapat mengenalinya dalam berbagai aspek kehidupan!

Apa itu Cognitive Bias?

Cognitive bias secara umum adalah kecenderungan sistematis dalam proses berpikir yang sering mengarahkan kita pada penilaian dan keputusan yang tidak akurat. Bias ini muncul karena otak kita mencoba menyederhanakan informasi yang kompleks dengan menggunakan jalan pintas mental atau heuristics. 

Walaupun kadang bermanfaat, cognitive bias dapat membuat kita berpikir tidak rasional atau berpikir berdasarkan asumsi yang salah. Bias ini sering tidak kita sadari, dan memengaruhi cara kita melihat, mengingat, dan menilai suatu informasi.

Cognitive bias, terkadang banyak ditemui di dalam pekerjaan, ada beberapa jenis cognitive bias yang sering terjadi, di antaranya:

1. Confirmation Bias

Pernahkah Anda merasa lebih cenderung menerima informasi yang sesuai dengan apa yang sudah kamu yakini, sambil mengabaikan data yang bertentangan? Ini adalah confirmation bias—di mana kita secara tidak sadar mencari, menginterpretasikan, dan mengingat informasi yang mendukung pandangan atau keputusan kita sebelumnya.

Dalam dunia kerja, hal ini bisa memengaruhi cara kita merekrut, misalnya. Anda mungkin lebih memperhatikan kandidat yang memiliki pengalaman atau pandangan yang sama dengan Anda, tanpa mempertimbangkan sepenuhnya potensi orang dengan latar belakang yang berbeda.

2. Anchoring Bias

Anchoring bias terjadi ketika kita terlalu bergantung pada informasi pertama yang kita terima saat membuat keputusan. Misalnya, ketika Anda sedang negosiasi gaji, angka awal yang ditawarkan sering kali menjadi titik referensi yang memengaruhi seluruh proses negosiasi, meskipun angka tersebut mungkin tidak realistis atau tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Di dunia kerja, bias ini dapat memengaruhi keputusan keuangan dan strategis lainnya, di mana fokus pada informasi awal membuat kita sulit mempertimbangkan informasi yang datang kemudian.

3. Recency Bias

Dalam penilaian kinerja karyawan, sering kali kejadian yang terjadi baru-baru ini memiliki pengaruh lebih besar daripada performa keseluruhan selama satu tahun. Misalnya, jika seorang karyawan baru saja membuat kesalahan, Anda mungkin cenderung menilai kinerjanya lebih rendah, meskipun kinerjanya secara umum sangat baik. Bias ini dapat menyebabkan evaluasi kinerja yang tidak adil dan keputusan manajemen yang tidak objektif.

4. Halo Effect

Halo effect adalah ketika kita membiarkan satu kesan positif atau satu sifat yang menonjol dari seseorang memengaruhi seluruh pandangan kita tentang orang tersebut. Misalnya, jika seorang rekan kerja tampil sangat rapi dan profesional, Anda mungkin berasumsi bahwa dia juga sangat kompeten dalam segala hal, padahal itu belum tentu benar. Di tempat kerja, hal ini dapat memengaruhi bagaimana kita memberikan kesempatan promosi atau penilaian kinerja, karena kita terlanjur terpengaruh oleh kesan awal yang kuat.

5. Overconfidence Bias

Banyak orang di tempat kerja merasa terlalu percaya diri terhadap kemampuan atau pengetahuannya, sehingga mengabaikan masukan dari orang lain atau tidak memeriksa ulang keputusan yang diambil. Misalnya, seorang manajer mungkin merasa yakin bahwa strateginya adalah yang terbaik tanpa mengumpulkan data atau berdiskusi dengan tim. Overconfidence bias bisa menjadi masalah besar karena menghambat kolaborasi dan seringkali membuat perusahaan mengambil keputusan yang tidak berdasarkan analisis yang tepat.

6. Self-serving bias

Bias ini muncul ketika seseorang cenderung menganggap kesuksesannya adalah hasil dari kemampuan atau usaha pribadi, sementara kegagalan disebabkan oleh faktor eksternal. Dalam lingkungan kerja, misalnya, seorang manajer mungkin mengklaim kesuksesan proyek sebagai hasil dari kepemimpinan mereka, tetapi jika proyek tersebut gagal, mereka menyalahkan anggota tim atau faktor lain di luar kendali mereka.

7. Bandwagon Effect

Ini adalah kecenderungan untuk mengikuti pendapat atau tindakan mayoritas, tanpa memikirkan apakah itu benar atau sesuai. Di lingkungan kerja, bandwagon effect bisa muncul dalam pengambilan keputusan tim, di mana seseorang setuju dengan pendapat rekan kerjanya hanya karena kebanyakan orang dalam tim mendukung pendapat tersebut. Ini bisa menghambat ide-ide baru dan inovatif karena orang cenderung mengikuti arus, bukan menawarkan pandangan kritis.

8. Horns Effect

Kebalikan dari halo effect, horns effect terjadi ketika satu kesan negatif mendominasi penilaian kita terhadap seseorang. Jika seseorang melakukan satu kesalahan kecil, Anda mungkin mulai melihat segala sesuatu yang mereka lakukan dalam cahaya negatif, meskipun kesalahannya mungkin tidak signifikan. Di tempat kerja, ini bisa mengakibatkan evaluasi karyawan yang tidak adil dan penilaian yang terlalu keras.

Baca juga: Quiet Firing: Pengertian, Tanda, dan Cara Menghindarinya

Demikian tadi penjelasan mengenai apa itu cognitive bias dan 8 jenisnya di dalam pekerjaan. Dengan memahami berbagai bias kognitif ini, Anda dapat lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi yang memerlukan pengambilan keputusan dan evaluasi.

Menyadari bahwa pikiran kita rentan terhadap bias akan membantu Anda menjadi lebih objektif dan terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda, sehingga menghasilkan keputusan yang lebih baik dan efektif.

Di lingkungan kerja, pengelolaan bias ini juga akan meningkatkan kualitas kolaborasi, evaluasi kinerja, dan komunikasi antar tim, yang pada akhirnya berdampak positif pada produktivitas dan keberhasilan organisasi.