Sebagian orang mungkin mengenal “Black Box” sebagai kotak hitam yang dimiliki pesawat terbang. Tak hanya industri penerbangan saja, dunia programming pun mempunyai black box-nya sendiri. Dalam dunia programming khususnya pada software development, pengujian software merupakan hal yang wajib dilakukan pada saat membuat aplikasi. Tujuannya agar developer tahu apakah aplikasi mempunyai bugs atau error yang perlu diperbaiki sebelum diluncurkan ke end user. Pada proses pengujiannya, terdapat dua tahapan atau metode yang biasa digunakan oleh developer,  yaitu white box testing dan black box testing. Pada artikel kali ini, kami akan membahas tentang metode black box testing. Yuk, simak ulasannya berikut.

Apa itu Black Box Testing?

Black box testing dikenal sebagai pengujian fungsionalitas sebuah aplikasi yang sedang dikembangkan, tanpa mengetahui struktur internal kode atau programnya. Pengujian ini dikatakan black box karena tidak diketahui cara kinerja internalnya, namun cukup dikenal di bagian luar. Black box testing cukup meninjau input dan output sistem perangkat lunak tanpa pengetahuan internal programnya.

Jenis-Jenis Uji Black Box Testing

  1.   Functional Testing

Tipe yang pertama adalah functional testing. Proses pengujian ni berfokus pada fitur-fitur dan fungsi spesifik, vital, dan utama dari aplikasi. Proses ini dilakukan guna untuk memastikan keamanan program, dimana user hanya bisa masuk dengan melakukan login dengan memasukkan email, username, dan password-nya. Jika tidak terdapat masalah, maka aplikasi sudah berfungsi dengan baik.

  1.   Non-Functional Testing

Tak kalah penting dengan functional testing, tipe ini dilakukan melalui aspek-aspek non fungsional. Jika functional testing menguji fungsi perangkat lunak, non-functional dilakukan untuk melihat bagaimana aplikasi mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh userNon-functional testing juga melihat apakah software dapat berjalan dengan baik dan dioperasikan pada ukuran layar, serta sistem operasi yang berbeda-beda.

  1.   Regression Testing

Tipe ini adalah pengujian untuk melihat apakah aplikasi mengalami regresi (kemunduran) ketika versi software di-update Pada tipe ini, kedua aspek fungsional dan non-fungsional harus dicek oleh developer dan tim penguji. Aspek yang diuji adalah fitur yang tidak bekerja dengan baik pada versi terbaru, dan performa aplikasi yang kian melambat setelah di-update.

Kelebihan & Kekurangan Black Box Testing

Kelebihan Black Box Testing di antaranya :

  • Penguji tidak perlu memiliki pengetahuan tentang bahasa pemrograman tertentu;
  • Untuk mengungkapkan konsistensi atau ambiguitas dalam spesifikasi, pengujian yang dilakukan berdasarkan dari sudut pandang user;
  • Metode ini mampu mengidentifikasi kekurangan dari awal pengujian dengan cepat, baik yang kompleks sekalipun;
  • Penguji dan pengembang bisa bekerja secara mandiri tanpa mengganggu proses kerja masing-masing
  • Efisiensi segmen kode besar

Kekurangan Black Box Testing di antaranya :

  • Potensi kesalahan yang tidak diketahui semakin tinggi karena penguji tidak memiliki pengetahuan teknis
  • Kemungkinan pengujian kurang teliti karena mengejar deadline
  • Uji kasus sulit di desain karena tidak ada spesifikasi yang jelas

Baca juga : Mengenal Profesi RPA Developer Mulai dari Tugas dan Skill yang Diperlukan


Klik dibawah ini untuk informasi tentang IT Training dan Info Loker seputar IT