Simak Perbedaan Framework dan Library Secara Lengkap

Banyak pengembang, terutama yang baru belajar, sering merasa bingung dalam memahami perbedaan framework dan library saat mereka berhubungan dengan pembuatan aplikasi dan situs web. Padahal, jika dilihat dengan lebih seksama, keduanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda, meskipun seringkali disamakan karena tujuan utamanya yang sama, yaitu membangun aplikasi dan situs web.

Dalam artikel ini, TOG Indonesia akan mengupas secara mendalam karakteristik masing-masing framework dan library serta merinci perbedaan framework dan library. Apa saja aspek perbedaannya yang perlu dipahami?

Framework (Kerangka Kerja)

Untuk mengetahui perbedaan framework dan library, marilah kita mulai dari membahas tentang framework. Framework, sesuai dengan namanya, adalah struktur yang terdiri dari kumpulan kode program yang telah dikembangkan oleh individu atau tim pengembang framework tersebut. Tujuan dari framework adalah untuk memberikan landasan kerja dalam pembangunan aplikasi atau situs web.

Sebuah framework memiliki arsitektur yang telah ditetapkan sebelumnya, mengatur alur kontrol dalam aplikasi. Fungsinya adalah untuk mempercepat proses pengembangan dengan menyediakan kerangka kerja kode yang telah ditulis sebelumnya. Hal ini membantu pengembang dengan menyediakan fondasi yang dapat diisi dengan komponen-komponen yang diperlukan untuk aplikasi atau situs web yang sedang dikembangkan.

Baca juga:

Library (Kerangka Kerja Pustaka)

Selanjutnya di dalam pembahasan tentang perbedaan framework dan library, adalah mengenai Library. Library merujuk pada himpunan kode atau skrip program yang terdiri dari variabel, konstanta, tipe data, objek, dan fungsi-fungsi yang telah diprogram sebelumnya oleh pembuat library tersebut. Pengembang dapat menggunakannya untuk mempersingkat kode tanpa perlu menciptakan ulang fungsi atau algoritma yang diperlukan.

Namun, terdapat perbedaan dengan kerangka kerja. Kerangka kerja memiliki struktur dan arsitektur yang lebih terorganisir dan terarah untuk pengembangan aplikasi dan situs web yang lebih konsisten. Di sisi lain, penggunaan library memberikan pengembang lebih banyak kebebasan dalam merancang dan mengembangkan aplikasi serta situs web sesuai kebutuhan mereka tanpa terikat oleh struktur yang telah ditentukan.

Perbedaan Framework dan Library secara Kode

Secara mendasar, baik kode framework maupun library sama-sama dihasilkan oleh individu atau tim pengembang perangkat lunak, dan memiliki tujuan membantu pengembang lain menghemat waktu karena kode-kode dan fungsionalitasnya telah tersedia.

Dalam artikel ini, TOG Indonesia akan menjelaskan perbedaan framework dan library dengan fokus pada penggunaan JavaScript sebagai contoh. Kami akan membandingkan dua pustaka, yaitu jQuery sebagai library, dan Vue.JS sebagai kerangka kerja.

Vue.js:

//index.html

<html>

<head>

<script src=”https://cdn.jsdelivr.net/npm/vue”></script>

<script src=”./app.js”></script>

</head>

<body>

<div id=”app”></div>

</body>

</html>

const vm = new Vue({

template: `<div id=”vue-example”>

<button @click=”checkForErrors”>Submit</button>

<p v-if=”error”>{{ errorMessage }}</p>

</div>`,

el: ‘#vue-example’,

data: {

error: null,

errorMessage: ‘An Error Occurred’,

},

methods: {

checkForErrors()  {

this.error = !this.error;

},

},

});

Dalam Vue.js, pengembang diharapkan mengisi bagian yang kosong dengan objek dan properti sesuai konstruksi Vue.js. Ini memungkinkan Vue untuk menentukan kebutuhan pengguna dan secara internal mengatur kapan objek atau properti tersebut akan digunakan.

Vue bertindak sebagai pengendali alur program. Artinya, kode yang dimasukkan oleh pengembang akan dikelola oleh Vue. Ini memberikan Vue kendali penuh atas eksekusi kode yang diberikan oleh pengembang.

Sementara itu kode pada jQuery adalah:

// index.html

<html>

<head>

<script src=”https://code.jquery.com/jquery-3.3.1.min.js”

</script>

<script src=”./app.js”></script>

</head>

<body>

<div id=”app”>

<button id=”myButton”>Submit</button>

</div>

</body>

</html>

// app.js

// A bunch of our own code,

// followed by calling the jQuery library

let error = false;

const errorMessage = ‘An Error Occurred’;

$(‘#myButton’).on(‘click’, () => {

error = true; // pretend some error occurs and set error = true

if (error) {

$(‘#app’)

.append(`<p id=”error”>${errorMessage}</p>`);

} else {

$(‘#error’).remove();

}

});

Lihatlah perbedaannya. Dalam konteks ini, pengembang mengarahkan program ke tempat kode harus dipanggil. Secara analogi, penggunaan library seperti kunjungan ke perpustakaan dan mengambil buku dari rak sesuai kebutuhan.

Karena itulah, dalam pembuatan aplikasi atau situs web dengan library, pengembang memiliki lebih banyak kebebasan, karena struktur library tidak terlalu membatasi.

Library tidak mengontrol alur program. Sebaliknya, library menanti perintah pengembang. Library tidak memberi instruksi kepada pengembang mengenai tindakan apa yang harus diambil. Sebaliknya, pengembanglah yang memanggil library saat diperlukan, menentukan kapan dan di mana kode tersebut harus digunakan.

Contoh framework terbaik dari berbagai bahasa pemrograman

1. Angular

Angular.JS menggunakan JavaScript dan merupakan kerangka kerja open-source yang dikembangkan oleh Google untuk aplikasi web, terkenal untuk pembuatan aplikasi single-page.

Angular mengadopsi arsitektur Model-View-Controller (MVC). Versi terbaru adalah Angular 7 dengan fitur-fitur baru yang bermanfaat bagi pengembang. Selain Angular, ada beberapa kerangka kerja lain yang juga menggunakan JavaScript, seperti Vue.js, Backbone.js, dan Ember.

2. Codeigniter

Codeigniter adalah suatu kerangka kerja menggunakan bahasa pemrograman PHP yang sangat populer di kalangan pengembang berkat kemudahan pembelajarannya. Framework ini memberikan berbagai panduan, tutorial, pemahaman dasar, dan aplikasi yang berukuran ringan sehingga bisa berjalan di server sederhana. Oleh karena itu, Codeigniter kerap direkomendasikan sebagai pilihan pertama bagi para pemula dalam pengembangan. Beberapa kerangka kerja PHP lain yang perlu dicatat termasuk Laravel, Phalcon, dan Yii. 

3. Spring

Spring menerapkan Dependency Injection (injeksi ketergantungan) dan berfokus pada fitur-fitur pemrograman berorientasi aspek. Ini merupakan kerangka kerja open-source yang umumnya digunakan untuk membangun aplikasi perusahaan.

Spring menggabungkan prinsip-prinsip Dependency Injection (DI) dan Inversion of Control (IoC). Dalam Spring, IoC dan DI memberikan kontrol kepada entitas eksternal yang mengatur alur kode.

Entitas eksternal ini memicu peristiwa tertentu dan menjaga alur aplikasi tetap teratur.

Hal ini memberikan fleksibilitas lebih dalam pengembangan. Dalam Spring, prinsip IoC diwujudkan melalui DI dalam tiga pendekatan: injeksi melalui penyetel, injeksi melalui metode, dan injeksi melalui konstruktor. Ada juga kerangka kerja Java lainnya seperti Struts, Hibernate, dan Apache Wicket.

4. Django

Django telah menjadi kerangka kerja Python paling diminati saat ini berkat komunitas yang luas. Bahkan, Django memiliki lembaga yang dikenal dengan nama Django Software Foundation yang bertanggung jawab atas pendanaan pengembangan Django. Dokumentasi yang disediakan oleh kerangka kerja ini sangat komprehensif.

Kemudahan Django terletak pada berbagai modul umum yang dapat digunakan oleh pengembang untuk membangun aplikasi web. Selain itu, Django juga terkenal bersahabat bagi para pemula karena sistem otomatisasi migrasi basis data yang tidak memerlukan penulisan kode tambahan. Selain Django, terdapat beberapa kerangka kerja Python lainnya seperti Flask, Falcon, dan Pyramid.

5. .NET

.NET adalah kerangka kerja yang menggunakan bahasa pemrograman C#. .NET bisa berjalan di berbagai platform dan dirancang dengan Common Language Runtime (CLR). Fitur ini memungkinkan .NET digunakan dalam berbagai bahasa pemrograman seperti C++, Visual Basic, JavaScript, COBOL, dan lainnya. Hingga kini, .NET adalah satu-satunya kerangka kerja yang diperuntukkan bagi bahasa pemrograman C#.

Contoh lainnya, Java dan C# memiliki kerangka kerja dengan sejumlah library bawaan, sehingga programmer tak perlu mengunduh library terpisah. Ini memberikan akses penuh kepada para pengembang.

Ketika membangun aplikasi atau situs web, pengembang hanya perlu menggunakan kerangka kerja, termasuk dalam proses styling. Sebaliknya, bahasa pemrograman seperti Python dan PHP lebih cenderung memiliki library yang sederhana dan ditargetkan pada fungsi-fungsi tertentu. Ini berbeda dari library JavaScript yang mencakup fitur-fitur kompleks untuk membangun aplikasi dan situs web, termasuk styling.

Saat ini, JavaScript telah berkembang menjadi bahasa pemrograman yang memiliki beragam kerangka kerja dan library.

Contoh library dari berbagai bahasa pemrograman

Berikut ini beberapa contoh library dari berbagai bahasa pemrograman yang telah dikenal di Indonesia. Namun, tidak semua bahasa pemrograman memiliki library:

1. React.Js

React.JS dikenal sebagai sebuah pustaka JavaScript yang kini mendapatkan popularitas yang tinggi dan paling umum digunakan oleh para pengembang JavaScript. Faktor-faktor yang mendukung popularitas React termasuk komunitas pengguna yang kuat, performanya yang responsif, dan gaya pemrogramannya yang terstruktur.

Dengan menggunakan React, para pengembang dapat merancang antarmuka pengguna yang dinamis dengan menggunakan pendekatan deklaratif, memungkinkan mereka mengendalikan keadaan aplikasi dengan lebih baik. Ada pula beberapa pustaka JavaScript lain yang menggunakan bahasa pemrograman yang sama, seperti Dragula, Quill.js, dan jQuery.

2. Library PHP

React.JS dikenal sebagai sebuah pustaka JavaScript yang kini mendapatkan popularitas yang tinggi dan paling umum digunakan oleh para pengembang JavaScript. Faktor-faktor yang mendukung popularitas React termasuk komunitas pengguna yang kuat, performanya yang responsif, dan gaya pemrogramannya yang terstruktur.

3. NumPy

NumPy merupakan salah satu contoh pustaka yang dikembangkan dalam bahasa pemrograman Python. Sesuai dengan namanya, NumPy singkatan dari “Numerical Python”. Pustaka ini bertujuan untuk menyediakan fungsi yang mendukung para ilmuwan data dalam melakukan analisis data.

NumPy memiliki peran yang berbeda dibandingkan dengan pustaka-pustaka lainnya yang umumnya digunakan dalam pembuatan aplikasi dan situs web. Di sisi lain, beberapa pustaka Python yang terkenal dan lebih fokus pada analisis data meliputi Scipy, Pandas, Matplotlib, dan Scikit-Learn. 

Kesimpulan

Secara mendasar, perbedaan framework dan library terletak pada perannya dalam proses pengembangan perangkat lunak. Meskipun tujuan utama keduanya adalah membangun solusi perangkat lunak, framework dan library memiliki karakteristik yang mengarah pada pendekatan dan strategi yang berbeda.

Framework adalah kerangka kerja yang mengatur pengembangan aplikasi atau situs web dengan menyediakan struktur dan arsitektur sebelumnya. Pengembang menggunakan komponen dari framework untuk membangun perangkat lunak, mempercepat proses dengan fondasi kode yang sudah ada. Contoh framework: Angular, Codeigniter, Spring, Django, .NET.

Library adalah kumpulan kode atau skrip program yang ditulis sebelumnya, digunakan oleh pengembang untuk percepat pengembangan. Berbeda dari framework, library tidak memiliki struktur atau arsitektur yang mengikat. Pengembang lebih bebas merancang solusi perangkat lunak dan memanggil fungsi dari library sesuai kebutuhan. Library menyediakan komponen untuk tujuan tertentu tanpa perlu menciptakan ulang fungsi. Contoh library: jQuery, Vue.js, NumPy.

Pemahaman tentang perbedaan framework dan library menjadi penting karena ini dapat mempengaruhi cara pengembang mendekati dan merancang solusi perangkat lunak. Dengan mengetahui peran dan karakteristik masing-masing, pengembang dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang apakah akan menggunakan framework atau library dalam pengembangan proyek mereka. Ini juga memungkinkan pengembang untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan aplikasi atau situs web yang akan dibangun. 

Lowongan Kerja Front End Developer

Bagi Anda Jobseeker yang sedang mencari peluang pekerjaan sebagai Front End Developer, Anda berkesempatan untuk melamar beragam pekerjaan di bidang IT khususnya dalam ranah lowongan kerja Front End Developer

TOG Indonesia memiliki fokus yang kuat dalam menghubungkan tenaga kerja berkualitas dengan perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan tenaga Front End Developers untuk proyek-proyek digital mereka.

Memahami pentingnya kualifikasi dan keahlian dalam bidang pemrograman, TOG Indonesia menciptakan harapan yang jelas bagi siapa pun yang ingin melamar pekerjaan dalam lowongan kerja Front End Developer yang dimiliki. TOG Indonesia adalah tempat yang tepat bagi Anda yang mencari berbagai posisi di bidang IT, mulai dari pengembang perangkat lunak, ahli jaringan, analis data, hingga manajer proyek IT, dan banyak opsi lain yang dapat Anda pilih.

Jangan ragu untuk segera mengirim CV Anda. Juga, kunjungi situs resmi TOG Indonesia untuk informasi lebih lanjut tentang posisi yang tersedia, persyaratan yang diperlukan, dan proses rekrutmen. Inilah saatnya untuk mengambil langkah maju dalam meraih karir sukses di dunia IT bersama TOG Indonesia!

Klik di bawah ini untuk informasi tentang layanan kami selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *