Istilah artificial intelligence atau kecerdasan buatan saat ini begitu populer. Rasanya hampir seluruh aspek kehidupan kita bersinggungan dengannya. Tahukah Anda bahwa sejarah artificial intelligence sebenarnya sudah dirintis sejak zaman kuno, bahkan sebelum Internet eksis?

Adalah para filsuf kuno yang merintis terciptanya kecerdasan buatan. Mereka menabur benih tentang upaya penggambaran proses berpikir manusia sebagai manipulasi simbol secara mekanis. Diketahuinya rintisan ini dapat dilihat dari mitos, cerita dan desas desus mengenai makhluk buatan yang dikaruniai kecerdasan oleh pengrajin.

7 Tahapan dalam Sejarah Artificial Intelligence

1. Era komputer elektronik (1941)

Upaya serius mengenai kecerdasan buatan terjadi pada 1941 ditandai dengan ditemukannya alat penyimpanan dan pemrosesan informasi. Disebut sebagai komputer elektronik, ahli terkait di Jerman dan AS, meneliti lebih lanjut dengan menempatkannya pada ruangan yang luas dengan AC. Komputer pada waktu itu membutuhkan konfigurasi ribuan kabel agar bisa mengoperasikan suatu program. Cara ini merepotkan programmer sehingga dicarilah cara untuk mempermudahnya. Hingga pada 1949, komputer jenis baru berhasil dibuat. Ia sanggup mempermudah pekerjaan memasukkan program. Temuan ini mendasari pengembangan program yang menjadi cikal bakal kecerdasan buatan.

2. Era persiapan (1943 hingga 1956)

Warren McCulloch dan Walter Pitts menjadi pelopor pengembangan kecerdasan buatan. Ini bermula pada ide mereka pada 1943 tentang pengetahuan fisiologi dasar dan fungsi sel saraf dalam otak, analisa formal mengenai logika proposisi, dan teori komputasi Turing.

Keduanya menciptakan model sel syaraf tiruan dimana setiap sel digambarkan sebagai ‘on’ dan ‘off’. Dengan struktur jaringan sederhana, mereka berhasil menghitung setiap fungsi memakai jaringan sel saraf serta menjelaskan semua hubungan logis.

Norbert Wiener kemudian menambahkan ide baru paska meneliti prinsip teori umpan balik pada 1950. Thermostat merupakan contoh yang terkenal sekaligus mengawali perkembangan kecerdasan buatan.

Bapak kecerdasan buatan sendiri adalah John McCarthy yang pada 1956 bekerjasama dengan Minsky, Claude Shannon dan Nathaniel Rochester meneliti Otomata, Jaringan Saraf dan pembelajaran kecerdasan. Buah kerja mereka berupa program yang sanggup berpikir non-numerik dan menyelesaikan masalah pemikiran yang disebut Principia Mathematica. Inilah yang membuat John menyandang gelar tersebut.

3. Era perkembangan awal (1952 hingga 1969)

Pada penggalan sejarah artificial intelligence ini, semakin banyak tokoh yang mengasah riset mereka tentang AI. Newell dan Simon berhasil membuat program yang dinamakan General Problem Solver untuk merintis penyelesaian masalah dengan cara alamiah.

Tokoh berikutnya bernama McCarthy yang pada 1958 membuat LISP, bahasa pemrograman canggih yang hingga sekarang menjadi rujukan banyak program AI. Selain LISP, ia juga membuat Programs with Common Sense, yakni sebuah program untuk mencari solusi melalui ilmu pengetahuan.

Menyusul berikutnya adalah Nathaniel Rochester dari IBM. Pada 1959, ia dan mahasiswanya membuat program kecerdasan buatan bernama Geometry Theorm Prover. Program ini sanggup menerbitkan teorema memakai aksioma yang ada.

Ahli berikutnya bernama James Slagle yang pada 1963 membuat program untuk menyelesaikan masalah integral tertutup untuk mata kuliah Kalkulus. Semakin banyak program kecerdasan buatan yang lahir. Kali ini datang dari Tom Evan yang pada 1986 membuat program untuk menyelesaikan masalah analogi geometri pada tes IQ.

4. Era perlambatan (1966 hingga 1974)

Sejarah artificial intelligence mencatat era inovasi ini melambat perkembangannya. Secara keseluruhan, terdapat tiga penyebabnya. Yang pertama, program AI lebih berupa manipulasi sederhana, bukan program yang mengandung pengetahuan pada subjeknya. Contohnya, ELIZA program buatan Weizenbaum (1965) yang hanya meminjam manipulasi kalimat yang diketikkan manusia sehingga bisa melakukan percakapan serius.

Faktor kedua yakni pakar yang tertarik dengan AI mempunyai banyak pekerjaan rumah untuk membereskan temuan ini. Sedangkan  yang terakhir, mereka harus mencari solusi agar batasan pada struktur dasar tidak menghambat penelitian lebih lanjut mengenai perilaku intelegensia.

5. Era berbasis pengetahuan (1969 hingga 1979)

Faktor pertama penyebab mandeknya pengembangan AI dijawab oleh Ed Feigenbaum, Bruce Buchanan dan Joshua Lederberg. Mereka berhasil membuat program bernama Dendral Programs untuk memecahkan masalah struktur molekul dari informasi yang didapatkan dari spektrometer massa. Program ini menitikberatkan pada pengetahuan kimia.

Selain trio tersebut, Sau Amarel juga telah menemukan solusi atas keresahan atas cara mendiagnosa penyakit berbasis pengetahuan. Ia menuangkan penelitiannya ke dalam proyek berjudul Computer in Biomedicine.

6. Era industri (1980 hingga 1988)

Sejarah artificial intelligence dalam periode ini semakin massal dan penggunaannya kian meluas. Materialisasi AI ke dalam industri dirintis melalui penemuan sistem pakar bernama R1 yang sanggup mengkonfigurasi sistem komputer baru. R1 pertama kali dioperasikan oleh Digital Equipment Corporation (DEC) pada 1982. Cara tersebut berhasil mengirit hingga US$40 juta pada 1986. Dua tahun kemudian, 40 sistem pakar diterapkan di DEC. Selang tidak berapa lama, hampir semua perusahaan besar di AS sudah mempunyai divisi AI. AI terbukti mendongkrak pendapatan perusahaan yang menggunakannya. Contohnya, pada 1982, perusahaan hanya bisa meraup beberapa juta dolar AS per tahun. Setelah memakai AI, pendapatan per tahun mereka naik hingga menembus U$2 miliar pada 1988.

7. Era kembali ke jaringan syaraf tiruan (1986 hingga saat ini)

Beberapa pakar AI menilik dan meneliti kembali sistem jaringan syaraf tiruan. Mereka menerapkan sudut pandang baru, yaitu fisika, dalam tema ini paska diterbitkannya buku Perceptrons buatan Minsky dan Papert.

Pada 1982, ahli fisika bernama Hopfield menganalisa sifat penyimpanan dan pengoptimalan pada jaringan syaraf dengan menggunakan teknik mekanika statistika. Dari aspek psikologi, David Rumelhart dan Geoff Hinton me-riset model jaringan syaraf tiruan pada memori. Pada 1985, empat grup peneliti mempelajari algoritma belajar propagasi balik atau back propagation learning yang kemudian sukses diterapkan ke bidang ilmu komputer dan psikologi.

Itulah sejarah artificial intelligence yang ternyata panjang dan melibatkan pakar berbagai bidang lintas generasi. Manfaatnya sangat terasa hingga sekarang dan tentunya akan terus berinovasi seiring dengan dinamika kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Baca juga: Kelebihan Artificial Intelligence dalam Berbagai Bidang dan Penerapannya

TOG Indonesia, Salah Satu Vendor IT Terbaik Indonesia

PT Triple One Global Indonesia (PT. TOGI) menyedia layanan seputar IT yang menyeluruh untuk mendampingi bisnis apa saja agar bisa mengoptimalkan peluang di era industri 4.0. Persaingan lokal maupun global mendatangkan berbagai tantangan yang dari segi IT dapat menjadi rumit dan lambat tanpa pendampingan layanan dari yang sudah berpengalaman.

Dapatkan kandidat bidang IT yang telah kami seleksi secara ketat yang nantinya akan menyumbang terhadap perkembangan bisnis Anda di dunia digital. Kami memiliki database yang lengkap berupa talenta bidang programmer, business analysis, hingga project management. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.


Klik dibawah ini untuk informasi tentang IT Training dan Info Loker seputar IT